Aku Sanggup Walau Ku Tak Mahu


Aku Sanggup Walau Ku Tak Mahu | Malam berselimut mendung, tapi hujan tak jua turun, hanya sesekali gemuruh petir yang menyapa dingin,,dingin,,, itu yang kurasa saat angin menyentuh kulit tubuhku. Sudah jam 11 malam tapi tak juaku rasakan mengantuk datang menyapaku.didepanku sang suamiku tengah duduk dg kaki bersilang, gelisah,resah dan ragu, itu yang dapat kutangkap.

aku memulakan pembicaraan,“abang kenapa…?”aku mencuba untuk bertanya manalah tahu kegelisahan suamiku boleh cair bahkan hilang bersama hembusan angin yang dingin ini.

” abang ingin berbincang sesuatu dengan sayang,, hal ini sangat penting….”
“Aneh la abang malam ni, biasanya kalau ada masaah abang akan cakap je.. ada apa sebenarnya ini sayang?” aku masih duduk santai, sambil sesekali minum teh yang masih suam.

”Tapi sayang janji ye,, janji kat abang yang sayang takkan marah,,dan ples jangan minta sesuatu yang abang tak boleh kabulkan, janji?”

“abang ni aneh sangat malam ini ,,,buat ayang takut je la..ada apa sayang?” aku berubah dari posisi dudukku dan mendekati suamiku. “Ada apa sayang? ayang bersiap-sedia untuk mendengar semuanya..ayang janji ayg takkan marah.. hee,”aku mengukir senyuman kecil.

“sayangggg….hmmm…abang…abang…hmmm….” sebelum membuka bicara sang suami minum sesaat, sambil menarik nafas panjang “Hmm…izinkan ayah menikah lagi…” kata suamiku dengan nada yang perlahan sambil agak menunduk.

“Hahaha…ish, abang nie nak bergurau ngan kita lah tu..” Jawabku santai sambil minum teh O itu lagi.
”sayang, dengar sini…abang serius ni…ayang tak bergurau ngan sayang.. abang sungguh-sungguh dengan apa yang abang lafazkan sekejap tadi, “sambil si suami memegang bahuku”.

Aku baru sedar dengan apa yang aku dengar sekejap tadi…ternyata ini semua bukanlah mimpi dan aku tidak berkhayal ..suamiku memang serius…serius mengakan hasratnya.dan serius akan menikah lagi. Aku tak tahu harus menjawab apa dan bagaimana, yang pasti…udara mulai panas kurasakan, duniaseolah-olah mahu kiamat, aku masih terkejut dengan permintaan suamiku untuk menikah lagi, sehingga cangkir yang kupegang jatuh dilantai dan pecah seperti hatiku malam ini…

“Abang….benarkah…? semua ini hanya mimpi belaka bukan…??? awak saja nak bergurau dengan ayang kan!! iya kan!!. aku seperti tidak mempercayai semua ini.

” tidak sayang, pegang pipi abang…”jawab suamiku sambil mencuba menganggkat tanganku.Tak terasa air mataku mulai mengalir membasahi pipiku , semakin lama semakin deras bak curah hujan yang jatuh dari langit.

“kenapa abang lakukan semua ini terhadap ayang..? apa kurang hanya dengan satu cinta?”“Apakah abang sanggup berbuat adil..?ingat bang….semua perbuatan pasti dipertanggung jawabkan didepanNya nanti.”aku mengajukan pertanyaan tak henti-henti terhadapnya seperti seorang hakim yang bersoal dengan sang pesalah.

“abang sudah berfikir masak-masak.. abang yakin dengan keputusan abang, jangan lupa…Allah juga mengizinkan umatNya untuk menikah lagi, cuba sayang baca QS.An-Nisa:3…..:maka nikahilah prempuan lain yang kamu cintai satu, dua, tiga atau empat”. ….jadi tidak ada larangan kan sayang….”suamiku menjelaskan ayat Al-Qur’an ttg poligami terhadapku.

“apakah abang lupa akan sambungan ayat ? “Tetapi jika kamu tidak bisa berlaku adil maka nikahilah satu orang saja”…..abang…jangan mengambil ayat Al-qur’an hanya untuk kepentingan pribadi ingat itu..!!! dosa bang …dosa…!!!” aku menjawab dengan nada yang amat kasar disertakan dengan deraian airmata.

“Aku setengah mati bersuara menjelaskan pendirianku bahwa Allah sebenarnya tidak mewajibkan umatNya utk bernikah lebih dari satu, tapi hanya mengharuskan saja, itupun kalo umatNya boleh berbuat adil terhadap kedua-dua orang isterinya. Lalu bolehkah para lelaki hari ini berlaku adil?”
Apakah adil hanya dilihat dari luara sahaja..??? bagaimana dengan perasaan wanita jika suaminya berbagi cinta terhadapnya? Bukannya aku menolak ayat Allah yang satu ini…tp cuba difikir lagi…fikir lagi dgn jernih. Kata-kata itu yang berteriak dalam benakku tanpa sanggup aku ucapkan.Suamiku tertunduk saat aku tak henti-hentinya menyerang dengan dalil.

“sayang!! …!!!! Ini keputusan abang…!!! muktamad!! ! suara suamiku mulai meninggi, aku tahu suami mulai tertekan sama seperti yang kualami sekarang, dan aku diam… tapi pada hakikatnya…suaraku tak kalah hebat kencangnya, meledak-ledak bagai letusan gunugn berapi…
Malam itu merupakan pergaduhan yang sangat hebat bagi kami berdua, kami sudah lupa bagaimana cara untuk mengawal emosi ….tapi yang pasti…suamiku tetap kukuh pada pendiriannya….ya Allah….!!! Hatiku sakit!!!

Tak pernah terlintas dalam hatiku, kalau pada akhirnya hidupku akan begini. Sejak permintaan suamiku untuk bernikah sorang lagi, aku merasa bahawa aku adalah wanita paling malang didunia, aku merasa bagai aku seorang wanita teraniaya didunia yang fana ini , dan aku merasa tidak mempunyai kekuatan apapun. Ya Rabbi!!….kuatkan aku dalam menghadapi semuanya, kuatkan aku dalam menghadapi ujianmu, Ampunilah segala dosaku… Hanya kata-kata itu yg selalu bersenandung dalam hatiku.

Sejak itu hidupku seolah-olah tanpa pegangan, yang aku lakukan hanya menangis dan menangis tanpa bertindak apapun. Sadar dengan keadaanku yang sebegini rupa. “aku sedar semua ini hanya akan membuat hidupku hancur! bukan hidupku saja yang akan musnah.. aku bimbang hidup anak-anakku turut terkena tempiasnya…” bisik hati kecilku

Aku tidak mahu hancur dan menjadi insan yang lemah!….aku tak mahu hanyut dlm kesedihan….itu yang tiba-tiba ada dlm benakku, yang membuatku bangkit dan bangun dari tidur panjangku. Akupun bangkit untuk memujuk kembali hatiku yang tlah membeku karana kecewa.

Aku mencuba untuk bangkit dari mimpi buruk ini, aku mencuba sedaya upaya, walau mengambil masa.. tapi aku optimis yang aku boleh! Diantara kepingan hatiku, aku berusaha berdiri tegak walau aku tak kuat dan memerlukan dorangan dan sokongan moral.. Sebagai langkah awal, aku mengambil wudhu dan membaca alquran bagi memenangkan diriku yang telah tak tentu hala… Subhanallah…….. disaat aku memerlukan jawapan atas persoalan hidupku, ada secercah jawapan dariNya. Jawapan yang membuatku lega dan boleh tersenyum kembali.

“Kami tidak akan menurunkan Al-qur’an ini kepadamu agar kamu celaka” (qs.Thahaa:2) ayat ini yang telah membuatku tersenyum kembali, ayat ini yang telah membuatku kembali bersemangat untuk kembali dan …tentu banyak kalam Allah yg membuatku kembali berdiri teguh diatas jalannya.

Ya…aku boleh menerima semuanya sekarang walau aku masih memerlukan seseorang untuk menguatkanku.
“Apakah kamu tidak ingin masuk syurganya Allah..?” kalau kamu redha, iklas dan sabar, insyaAllah syurga dlm genggamanmu, tapi kalau kamu tidak mampu menghadapi ujian ini dengan sabar, kamu boleh mengajukan cerai…walau ianya dibenci Allah.”“

” Untuk menggapai syurga Allah, tidak hanya dengan jalan ini saja sarah, masih banyak lagi jalan yang boleh membawa kita menuju ke syurga Allah..?iya kan sarah?” nasihat seorang sahabat baik terhadapku.

“Ujian yang kamu hadapi sekarang ini adalah menunjukkan kamu kuat untuk menghadapinya …Allah memberikan ujian ke atas umatnya sesuai dengan kemampuan umatNya… Allah maha tahu” jawab sahabatku dengan penuh kelembutan dan wibawa.
Itulah dialog antara aku dan sahabatku di saat aku tidak sanggup lagi untuk memendam masalahku seorang diri.

Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya…akupun menyetujui dan merestui pernikahan suamiku. Keputusanku ini bukan bererti tanpa melalui perdebatan yang sengit, antara aku dan suamiku, juga antara aku dan batinku. Bahkan aku berkali kali meminta nasihat dgn orang yang aku anggap boleh menjawab dan memberikan aku jawapan kepada masalah yang aku hadapi tika ini. Dan aku tinggalkan semua rasa pedih dan sakit hati. Segala yang aku inginkan hanyalah demi kebaikan semua pihak.

Waktu yang telah ditunggu-tunggu oleh suamiku telah berkunjung tiba…aku sibuk menyiapkan segalanya…..ya segalanya!! …menyiapkan pernikahan suamiku, mulai dari urusan hal tetamu jemputan, catering sampai urusan bilik pengantin disebuah hotel terkemuka di petaling jaya.
semua ini tidak berat bagiku.. menyediakan semua ini..Yang paling berat adalah menyiapkan hati dan perasaanku agar aku boleh menerima semua ini bahkan sampai ke level ikhlas…

Disebuah masjid yang sudah tertata emas dan dingin, dengan karpet merah terhampar indah, tak lupa ada meja pendek ditengah dgn sebuah vas bunga nan cantik… aku duduk disebelah suamiku.
Para tetamu pun datang sebelum waktu yg telah ditetapkan, sesekali aku menghela nafas panjang…ada rasa sakit dan sesak yang kurasakan… benak ku bersuara, ” sanggupkah aku menghadapi semua ini? ”

Dan… mempelai wanita dengan memakai kebaya putih kelihatan sangat anggun dengan solekan moden yang telah bersedia untuk menjadi pendamping suamiku kelak.
Ya Allah….kuatkan aku…kuatkan aku, suara batinku tak henti-hentinya bersahutan, karana melihat suamiku bersanding dgn wanita lain. Teringat aku akan sumpah setia suamiku dulu, akan setia kepadaku hingga ke nafas terakhirku, namun.. *aku menghela nafas panjang*

tak boleh kudibendung lagi.. air mataku perlahan bercucuran seiring dengan desahan nafasku. “aku tak tahan ya Allah….kuatkan aku…kuatkan aku Allah…kembali lagi aku memohon kekuatan kpd Allah dari bilik hatiku!! semua ini kejap!! teriak hati kecilku.. namun akal warasku menafikan itu semua.

“Saya nikahkan ….binti….dengan mas kawin seperangkat emas dan seprangkat alat solat bidayar tunai..! saya terima nikahnya…..binti….dengan mas kawin RM 100 ringgit… sah…sah….aku.. aku.. hanya tertunduk sayu saat ijab kabul telah dikumandangkan, dan bererti pernikahan mereka telah sah dimata agama dan hukum….mereka telah sah menjadi suami isteri.

Dan aku…??? Kembali air mataku mengalir tak terbendung dan lagi-lagi aku tak mampu untuk menahannya, tapi segera aku hapus dengan tissue yang aku genggam. Sejak dikumandangkannya ijab Kabul itu, akupun berubah status, yaitu menjadi istri tua.

Para undangan mengucapkan tahniah kepada kedua-dua mempelai, aku hanya tertunduk….sedih…disebelah suamiku. Untuk menghindari diri dari para tetamu, aku menyibukkan diri menyiapkan hidangan. Tapi sesekali aku melirik ke arah suamiku. Ya Allah… wanita itu sangat manja dan mesra dgn suamiku dan sesekali mereka tersenyum bahagia. Ingin rasanya saat itu aku menjerit,!! tapi aku segera meredakan emosiku karena aku tahu, amarah atau emosi itu datangnya dari syaitan laknatullah.

Setelah semua para tetamu meninggalkan majlis yang sederhana itu secara satu persatu, maka tinggallah kami bertiga… Aku, suamiku dan ….istri barunya. Kekok…ya! itu yang aku rasakan saat aku berada ditengah mereka. Dan aku merasa seperti orang asing dihadapan suamiku sendiri, walau suamiku berusaha untuk tersenyum. Entah senyum itu senyum kasih sayang atau senyum kemenangan….ya Allah…kuatkan aku….kuatkan aku…lagi-lagi kata-kata itu yang bersahutan dalam hatiku.

“abang…kenapa ayah masih berada disini, bukankah sudah ayang siapkan bilik pengantin abang tu? jum kita kesana dan kita lihat..manalah tau ada yang kurang ….,” kataku memecah kebisuan dan kekakuan.

“Oh iya sayang, jom kita kesana, tapi abang yakin sayang ni orang hebat yang boleh design bilik pengantin yang terbaik untuk abang.. kan3,” sahut suamiku diiringi langkahku menjalani koridor hotel menuju ke bilik pengantin yang telah kutempah beberapa hari yang lalu..Kami berjalan menyusuri lorong-lorong di hotel 5 bintang itu menuju ke bilik pengantin yang sudah aku tata sesuai dengan keinginan ‘adikku’ atau maduku!

Masih dengan bergayut manja istri muda suamiku mengikuti langkahku, diiringi senyumnya yang bahagia. Sesampai di bilik pengantin aku yang memasuki bilik terlebih dulu, kerana aku tidak mahu ada yang kurang. Aku segera membentangkan sajadah dan alat solat untuk melakukan solat sunat bagi kedua mempelai sebelum melakukan kewajibannya sbg suami istri, dan aku juga menyiapkan segelas susu untuk diminum berdua. Semua sudah aku atur dan aku persiapkan. Lalu aku segera menuju kepintu untuk meninggalkan mereka berdua, tapi …. suamiku menarik tanganku…

“sayang….. hanya kata itu yg terungkap dari bibir suamiku sambil memelukku erat. Dan aku merasakan air mata membasahi pipiku.
“abang kenapa ini?” bukankah ini hari bahagia abang?lakukan kewajiban abang, sebagaimana abang lakukan terhadap ayang dulu.”

Aku mencuba untuk memberi kekuatan padanya walau sebenarnya hatiku tidak ikhlas…
“sayang, maafkan abang ya….. abang tak bermaksud melukai hati sayang, abg langsung tak berniat nak menduakan dan menyakiti awak.” Jawab suamiku sambil memelukku lebih erat lagi.

“ tak apa lah..ayang faham sayang…” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutku kerana akupun tak sanggup lagi untuk meneruskan kata-kataku. Sakit dan entah apalagi yang aku rasakan saat itu.
“sayang orang hebat, sayang orang yang kuat, sedang abg ni lemah, jangan tinggalkan abg yee, tanpa sayang abg mungkin tidak akan mampu berdiri, abg masih tetap mencintai bunda,”

“bang…ayg juga mencintai ayah, dan sangat…justru kerana rasa cinta inilah ayg merelakan abg bernikah sorang lagi, lakukan kewajiban abg yaaa….ayg nak pulang, anak kita menunggu dirumah tu..takut mereka risau pulak kan..hehe.”

Sebelum suamiku menjawab aku segera melepas pelukannya, dan aku segera meninggalkan suamiku dibilik pengantin.Aku melangkahkan kakiku dengan secepatnya agar segera dapat meninggalkan tempat ini dan segera sampai dirumah.

Sesampai dirumah, aku tak kuasa lagi menahan rasa sesak didada.. segalanya aku tumpahkan dalam bilikku, aku menangis sekuatnya. Setelah merapatkan kepala ke dinding bilik aku kembali menangis. Tangisan jiwa yang tak mampu aku kendalikan. Jiwa yang menjadi rapuh kerana kecewa. Aku anggap diriku telah gagal dan tak mungkin bangkit lagi…… Dan dinding itu menjadi saksi bisu bagi air mata kepiluan yang menitisi bumi tempat aku menunduk. Air mata yang sepekat darah. Darah yang mengalir dalam nadi keputus-putusan. Padahal di atas atap rumahku purnama tengah bersinar.

Hari demi hari terus berlalu…… aku semakin menyedari dan menghayati kembali doa yang biasa aku ucapkan dalam hari-hari terberatku . Dari sana aku mengerti bahwa ketika sedih dan sakit hati, sesungguhnya sesuatu yang lebih baik sedang menantiku di masa depan.

Ya Allah.
"Bila Engkau mengetahui bahwa perkara ini lebih baik bagi agamaku, hidupku dan akhir urusanku kelak [dalam jangka pendek maupun panjang], maka takdirkanlah hal itu bagiku dan mudahkanlah aku untuk mendapatkannya, kemudian berkatilah aku dalam hal tersebut. Dan apabila Engkau mengetahui bahwa perkara ini tidak baik bagi agamaku, hidupku atau akhir urusanku kelak [dalam jangka pendek maupun panjang], maka jauhkanlah perkara tersebut dariku dan hindarkanlah diriku darinya, lalu takdirkanlah yang baik buat diriku bagaimana adanya, kemudian buatlah aku ini ridho atas ketentuanMu…Aamiin ya Allah.

Saya ada satu pertanyaan yang khas ditujukan kepada para wanita di luar sana? adakah anda rela dimadu seperti dalam cerpen ini?? tak salah nak berpoligami bagi lelaki yang cukup syarat dan kewangan.. cerpen diatas tiada kaitan dengan yang hidup mahupun yang mati… saya menyusun 10 jari meminta maaf jika ada pembaca diluar sana yang terasa ngan cerpen ini.. mendapat ilham daripada sebuah lagu.
Sumber asal penulis tidak tahu cerpen sedih ini dari mana,

-
end 12 ogos 2014, fb azam sahar
-
*Pihak Drama Raja TIDAK akan bertanggungjawab terhadap sebarang komen yang menyakiti mana-mana individu atau badan berorganisasi. Kepada para pembaca, diharapkan agar anda dapat memberikan komentar dengan baik dan tidak menggunakan kata-kata kesat. Segala kerjasama anda amatlah kami hargai demi menjaga kemurnian akhlak dan keharmonian blog ini. Sekian. -admin-

0 Response to "Aku Sanggup Walau Ku Tak Mahu"

Post a Comment